Home / Fieldtrip / Catatan Field trip Karsam 2016

Catatan Field trip Karsam 2016

Catatan Field trip Karsam 2016

 

Writer : Ahmad Humam

Editor : Gatrik

 

Samarinda, Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Mulawarman – Pada Minggu (5/11/2017), Mahasiswa S1 Teknik Geologi Universitas Mulawarman (Unmul) angkatan 2016 beserta beberapa dosen melakukan field trip (Ekskursi) untuk pertama kalinya ke daerah Kebumen, Jawa Tengah, tepatnya di kampus Lapangan LIPI Karangsambung (Karsam).

Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin tahunan di setiap angkatan mahasiswa Teknik Geologi Unmul sebagai gabungan beberapa field trip mata kuliah seperti Petrologi, Geologi Struktur, Geomorfologi, dan Stratigrafi pada semester genap. Field trip ini bertujuan untuk memahamkan kepada mahasiswa terhadap kondisi pemetaan geologi di lapangan secara nyata, di samping menambah wawasan mahasiswa akan objek telitian berupa batuan yang sangat banyak ditemukan di sana baik insitu maupun exsitu dan jarang ditemui khususnya di daerah regional kampus Unmul. Kampus Lapangan LIPI Karsam sendiri merupakan tempat yang lumrah didatangi oleh para calon geologiawan muda yang hendak mengenal medan pemetaan secara menyeluruh dari litologi, struktur geologi, satuan geomorfologi, dan urutan stratigrafinya.
Hari keberangkatan pada Minggu (5/11/2017) pukul 02.30 WITA rombongan dengan mobil bus meluncur dari Samarinda menuju Bandara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan (SAMS) Balikpapan. Sesampainya di sana rombongan mahasiswa bersama-sama melakukan persiapan bagasi sebelum keberangkatan yang dijadwalkan pada pukul 06.40 WITA. Keberangkatan sedikit mengalami hambatan karena sempat mengalami penundaan hingga akhirnya tepat pada pukul 07.20 WITA rombongan dapat melanjutkan penerbangan ke Yogyakarta. Sesampainya di Bandara Adi Sucipto, rombongan segera bergegas untuk melanjutkan perjalanan menuju Kebumen, sebelum menuju Kebumen oleh bus pariwisata rombongan dibawa mampir ke tempat wisata geologi tebing breksi.

Tampak tebing yang begitu megah di atas bukit yang dulunya merupakan area tambang batu yang dimanfaatkan oleh masyarakat dan kini menjadi salah satu wisata di Yogyakarta. Setelah berkunjung ke tebing breksi, tepat jam 12 siang rombongan melanjutkan perjalanan ke Kebumen sembari makan siang di jalan. Di Kebumen, cuaca mendung menyusul hujan deras mengiringi perjalanan menuju Karangsambung. Setibanya di kampus lapangan LIPI pada pukul 17.00 WIB rombongan langsung disambut bongkah-bongkah batuan Kompleks Melange yang berbaris rapi di sepanjang jalan masuk menuju asrama kampus LIPI Karsam. Bertepatan pula ada rombongan dari kampus STTMI Bandung yang tiba lebih dulu sehingga rombongan ditempatkan di asrama Totogan untuk pria dan asrama Penosogan untuk wanita dan para dosen. Setelah berbenah dan istirahat, malam harinya mahasiswa diajak ke ruang kuliah untuk mendapatkan briefing pra-kuliah lapangan (kulap) esok hari yang dibawakan oleh dosen geologi Unmul, kuliah pra-kulap selesai pada pukul 11.00 WIB yang selanjutnya peserta kulap dipersilakan kembali ke asrama masing-masing untuk beristirahat.

Desa Karangsambung yang menjadi lokasi geowisata terletak sekitar 19 km di sebelah utara Kebumen. Secara administratif cagar alam geologi (CAG) Karangsambung ini termasuk wilayah kabupaten Kebumen, Banjarnegara dan Wonosobo dan menyebar pada luasan sekitar  20×20 km atau pada koordinat 109o35’-109o41’ dan 7o25’-7o36’.

CAG Karangsambung merupakan salah satu titik di muka bumi yang memiliki singkapan-singkapan batuan terlengkap dan terbaik sehingga dapat digunakan untuk mempelajari sejarah perkembangan bumi. Pada wilayah yang tidak terlalu luas ini kita akan menemukan beragam jenis batuan, baik batuan beku, sedimen, maupun metamorf, dengan umur beragam dan proses pembentukan yang berbeda. Berdasarkan sebaran jenis dan umur batuan tersebut, menurut Asikin (1974) stratigrafi daerah ini meliputi Komplek Melange Lok Ulo, Formasi Totogan-Karangsambung, Formasi Waturanda, dan Formasi Penosogan.

Keunikan wilayah CAG Karangsambung terbentuk karena tumbukan antar lempeng samudera Hindia-Australia dengan lempeng benua Eurasia yang terjadi pada jaman kapur (sekitar 121-60 juta tahun yang lalu). Oleh sebab itu kawasan ini menjadi salah satu kunci dalam mempelajari proses evolusi lempeng di Asia Tengggara. Jejak tumbukan ke dua lempeng ini dapat di temukan dalam bentuk singkapan-singkapan berbagai jenis batuan. Batuan-batuan beku seperti peridotit, gabro, basalt, andesit, dasit, dan diabas dijumpai di daerah ini. Batuan sedimen klastik, bioklastik maupun non-klastik yang terbentuk di dasar samudera yang dalam hingga lalut dangkal berumur 80-30 juta tahun yang lalu dijumpai juga di Karangsambung. Rijang (chert), batu liat merah dan batugamping merah yang terbentuk di dasar samudera kini bisa dilihat dengan posisi hampir vertikal membentuk fenomena yang sangat menarik. Rijang sendiri berasosiasi dengan lava bantal yang terbentuk dari pembekuan magma dan punggungan tengah samudera. Batulempung bersisik (scaly clay) hasil pelongsoran berulang-ulang, batupasir, breksi vulkanik, konglomerat kuarsa, dan batu gamping numulites juga ditemukan. Batuan metamorf, seperti filit, sekis hijau, sekis mika (berumur 121 tahun yang lalu), sekis biru dan eklogit yang terbentuk dari metamorfosa regional tingkat tinggi terbentuk pula di Karangsambung.

Persiapan keberangkatan di Bandara SAMS Balikpapan

Tebing breksi

Kenampakan geomorfologi

Dosen dan mahasiswa yang menyempatkan waktu untuk beribadah

Pengukuran stratigrafi di tengah aliran sungai

Perjalanan mahasiwa dari asrama menuju bus

Pelatihan pembuatan sketsa keadaan morfologi

Sisi samping columnar joint

Pengorientasian lapangan dan pendeskripsian batuan metamorf

Keterdapatan batugamping merah, rijang, eklogit dan pillow lava dalam satu lokasi yang sama.

About Heriyanto Heriyanto

Check Also

Drone Workshop

Drone Workshop Offline & Online Mahasiswa Universitas Mulawarman Drone Workshop ini rencananya akan diadakan pada …

Leave a Reply

Your email address will not be published.